Jumat, 14 November 2025

Menghadapi Tantangan Hari Ini

Renungan pagi tanggal 19 Sepetember 2024.
Tema: Menghadapi Hari Ini dengan Iman dan Pengharapan
Firman Tuhan : Mazmur 118:24.


Firman Tuhan: Mazmur 118:24

"Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorai dan bersukacita karenanya."


Konteks Dulu:

Mazmur 118 adalah nyanyian syukur yang dipanjatkan oleh umat Israel kepada Tuhan atas perlindungan dan kasih setia-Nya. Ketika ayat ini ditulis, bangsa Israel telah mengalami banyak tantangan dan kesulitan, tetapi mereka mengakui bahwa setiap hari adalah pemberian Tuhan, dan karena itu layak dirayakan dengan sukacita. Mereka memahami bahwa setiap kesempatan untuk hidup adalah anugerah dari Tuhan, bahkan di tengah kesulitan. Ayat ini adalah seruan untuk merayakan karunia hidup, mengandalkan kekuatan Tuhan, dan bersukacita atas rencana-Nya.

Pada masa itu, Israel hidup dalam ketidakpastian, dikelilingi oleh musuh dan menghadapi berbagai rintangan. Namun, iman mereka kepada Tuhan membuat mereka mampu melihat setiap hari sebagai kesempatan untuk mengalami kasih dan kuasa-Nya. Mereka percaya bahwa Tuhan memegang kendali penuh atas segala sesuatu yang terjadi.

Konteks Sekarang:

Di zaman modern ini, kehidupan sering kali terasa penuh dengan tekanan, kesibukan, dan tantangan yang membuat kita lupa bahwa setiap hari adalah hadiah dari Tuhan. Kita mungkin terjebak dalam rutinitas atau menghadapi masalah yang membuat kita sulit untuk bersukacita. Namun, Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa hari ini adalah kesempatan untuk mengalami kasih Tuhan. Tidak peduli seberapa berat tantangan yang kita hadapi, Tuhan ada bersama kita.

Hari ini, kita diundang untuk menghadapinya dengan iman dan pengharapan, menyadari bahwa setiap momen adalah kesempatan untuk bersyukur dan bergantung kepada Tuhan. Kesibukan dunia sering kali membuat kita lupa akan kehadiran Tuhan, tetapi Firman ini mengajak kita untuk berhenti sejenak, merasakan kehadiran-Nya, dan bersyukur karena setiap hari adalah hari yang telah Tuhan rancangkan untuk kebaikan kita.

Bahkan dalam situasi yang tampaknya sulit, Tuhan memanggil kita untuk bersukacita dan percaya bahwa Dia memiliki rencana yang baik. Tuhan berjanji bahwa Dia akan menyertai kita melalui setiap tantangan, dan tidak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya.

Konteks Masa Depan:

Di masa yang akan datang, kita mungkin menghadapi lebih banyak ketidakpastian, perubahan, dan tantangan baru. Namun, Firman Tuhan tetap mengingatkan kita bahwa setiap hari yang akan datang juga dijadikan oleh Tuhan. Hari-hari ke depan mungkin dipenuhi oleh tantangan yang belum kita duga, tetapi dengan iman, kita tahu bahwa Tuhan selalu memegang kendali dan kita dapat menghadapi masa depan dengan sukacita.

Pengharapan kita bukan hanya untuk hari ini, tetapi juga untuk masa depan yang diisi dengan janji Tuhan. Tidak peduli seberapa sulitnya keadaan, kita dapat mengandalkan kebaikan dan kesetiaan Tuhan yang kekal. Firman ini menjadi pengingat bahwa sukacita sejati tidak bergantung pada keadaan eksternal, tetapi pada kehadiran dan kasih Tuhan dalam hidup kita, baik sekarang maupun di masa yang akan datang.

Refleksi untuk Hari Ini:

Apakah kita sudah memulai hari ini dengan hati yang bersyukur? Firman Tuhan mengajak kita untuk tidak melewatkan kesempatan bersukacita dalam setiap hari yang Tuhan berikan. Mungkin hari ini terasa berat atau penuh dengan tantangan, tetapi jangan lupa bahwa Tuhan yang menciptakan hari ini, dan Dia juga memberikan kekuatan dan pengharapan bagi kita untuk melewatinya.

Saat kita menjalani hari ini, mari kita ingat bahwa setiap momen adalah kesempatan untuk mengalami kasih Tuhan, baik melalui pekerjaan, perjumpaan dengan orang lain, maupun dalam waktu tenang bersama-Nya. Jangan biarkan kesulitan atau kekhawatiran menghalangi kita untuk bersyukur dan bersukacita atas setiap anugerah yang Tuhan berikan hari ini.

Doa: Tuhan, terima kasih untuk hari ini yang telah Engkau ciptakan. Kami bersyukur untuk setiap kesempatan dan berkat yang Engkau berikan. Tolong kami untuk tidak lupa bersukacita dan berterima kasih atas anugerah-Mu, meskipun ada tantangan yang kami hadapi. Berikan kami hati yang penuh iman dan pengharapan, serta kesadaran bahwa Engkau selalu menyertai kami di setiap langkah. Dalam nama Yesus kami berdoa, Amin.

Rabu, 30 April 2025

JUMAT AGUNG

  Renungan Jum'at Agung yang mulia.

Judul: “Salib di Jalan, Salib di Hati”

Jumat pagi itu datang perlahan, membawa suasana yang berbeda dari biasanya.

Kota Kupang mendung. Sebagian kota hujan rintik turun membasahi Kota Kupang, sebagian lagi hujan turun dengan derasnya disertai guntur yang didengar dari jauh. Suasana ini seolah- olah  langit pun ikut menitikkan air mata mengenang peristiwa agung dua ribu tahun lalu ketika Yesus, Sang Anak Allah, memikul salib menuju Golgota.

Di halaman sebuah gereja sederhana, sekelompok pemuda sibuk bekerja. Meski hujan membasahi baju mereka, semangat mereka tidak luntur. Salib besar dari kayu telah berdiri tegak, dihias kain ungu dan bunga kertas yang basah. Spanduk bertuliskan “Jumat Agung: Mengenang Pengorbanan Kristus” dibentangkan di depan gerbang gereja. Iring-iringan pawai akan segera dimulai. Jemaat mengenakan pakaian serba hitam, dan lagu-lagu penghayatan mulai dilantunkan. Semua tampak begitu rapi dan teratur.

Namun, di antara keramaian itu, seorang guru agama tua bernama Pak Markus berdiri diam di bawah payung kecil di pojok halaman. Ia tidak ikut memberi arahan atau memegang mikrofon. Ia hanya memandangi salib kayu itu dengan sorot mata yang dalam, seperti sedang melihat sesuatu yang tak kasat mata.

Seorang anak muda, Rini, menghampiri. “Pak, salibnya sudah jadi. Bagus, ya? Tahun ini pasti pawai kita paling meriah, meskipun hujan.”

Pak Markus menoleh perlahan, tersenyum kecil. Tapi bukan senyum puas. Lebih mirip senyum getir. “Bagus, Rini. Tapi salib yang indah di jalan tidak selalu berarti salib itu ada di dalam hati kita.”

Rini mengerutkan kening. “Maksudnya, Pak?”

Pak Markus mengajak Rini duduk di bangku panjang di samping gereja, yang sedikit terlindung dari hujan oleh atap seng. Anak-anak muda lain ikut bergabung. Lalu ia mulai bercerita, dengan suara lembut dan tenang.

“Anak-anak, kalian tahu… ketika Yesus memikul salib-Nya, hujan mungkin tidak turun. Tapi hati-Nya penuh beban. Ia tidak memikirkan penampilan. Ia tidak memikirkan siapa yang menonton. Ia memikul salib dengan darah, air mata, dan pengampunan. Jalan salib itu bukan parade, tapi penderitaan yang dalam. Ia tidak hanya berjalan di depan orang banyak, tetapi menapaki jalan kesendirian dan penolakan. Demi kita.”

Semua terdiam.

“Kita sering kali sibuk dengan simbol,” lanjut Pak Markus. “Kita bikin salib besar, pawai sepanjang jalan, tapi bagaimana dengan hati kita? Apakah kita juga memikul salib Kristus dalam kehidupan sehari-hari? Atau hanya sekadar ikut ritual tanpa perubahan hidup?”

Pak Markus menghela napas, lalu berkata lirih, “Mempersiapkan Paskah bukan hanya soal membuat salib atau mengenakan baju hitam. Tapi tentang bertanya jujur: Apakah aku sudah mengampuni orang yang menyakitiku? Apakah aku sudah melayani dengan kasih? Apakah aku berani berdiri untuk kebenaran walau sendirian?”

Hujan terus turun perlahan. Salah satu anak muda, Maria, mulai meneteskan air mata. Ia baru menyadari bahwa ia ikut kegiatan pawai tiap tahun, tapi masih menyimpan benci pada ayahnya yang meninggalkan keluarganya. Yang lain juga mulai merenung tentang luka yang belum diampuni, tentang ketidakpedulian, tentang iman yang hanya sebatas rutinitas.

Akhirnya, anak-anak muda itu mengambil keputusan bersama: tahun depan mereka ingin melakukan sesuatu yang lebih. Setelah pawai selesai, mereka membagi makanan kepada para pemulung di pasar. Mereka mengunjungi panti jompo dan menyanyikan lagu Mengunjungi orang terpenjara. Mereka menulis surat pengampunan kepada orang-orang yang menyakiti mereka. Beberapa berani meminta maaf pada sesama anggota keluarga yang selama ini renggang karena masalah kecil. Semua dilakukan tanpa kamera, tanpa sorotan. Hanya untuk Tuhan.

Di malam Paskah, mereka berkumpul kembali di gereja. Hujan telah reda. Tidak ada dekorasi mewah. Hanya lilin-lilin kecil dan doa yang tulus.

Pak Markus berdiri di depan, matanya berbinar. “Inilah kebangkitan yang sejati. Bukan sekadar mengenang Yesus yang bangkit, tetapi mengalami kuasa kebangkitan itu dalam hidup kita—dari kebencian menjadi pengampunan, dari ego menjadi kasih, dari rutinitas menjadi kerinduan yang murni.”

Paskah pun bukan sekadar hari raya. Ia menjadi hidup yang baru.Hidup yang diperbarui.

Refleksi:

Sering kali kita mudah terjebak dalam simbol salib besar, lagu-lagu penghayatan, prosesi pawai tanpa benar-benar memaknai apa artinya memikul salib Kristus. Paskah bukan hanya soal Yesus yang bangkit, tapi juga undangan agar kita bangkit dari dosa, bangkit dari hidup lama, dan hidup dalam kasih yang nyata.

Doa:

Tuhan Yesus, ampuni kami jika selama ini kami terlalu sibuk dengan kegiatan rohani, tapi lupa mengizinkan Engkau bekerja dalam hati kami. Hari ini, kami tidak hanya ingin memikul salib di bahu, tetapi di hati kami. Ajarkan kami kasih-Mu yang sejati. Bangkitkan kami menjadi manusia baru yang mengasihi, mengampuni, dan melayani. Amin. 

Senin, 14 Oktober 2024

Guruku Tercinta

 

GURUKU TERCINTA.

  ENAM TAHUN YANG LALU

  ENGKAU MENYAMBUT AKU DISINI…

  ENGKAU MENGAJARKU PENUH PERJUANGAN

  DEMI KEBAIKANKU.

 

ENGKAU MENGAJARKU DENGAN BERBAGAI CARA

GELORA SUARAMU …KADANG MENGHANYUTKANKU

DERAP LANGKAHKU MEMBUAT JANTUNGKU BERDEBAR

INGINKU BERSEMBUNYI DARIMU.

 

KETIKA ENGKAU TERSENYUM….

HATIKU KEMBALI KUAT DAN TEGUH

SENYUMMU MEMBERIKU SEMANGAT

ENGKAU PASTI MENOLONGKU.

 

OH…GURUKU TERCINTA

TANPAMU AKU TIDAK BISA MEMBACA

TANPAMU AKU TIDAK BISA MENULIS

TERIMA KASIH GURUKU.

 

                                                                                                                            KARYA:                                    ADELA BANA                                                                           

                                                                                                                            

 

 

 Puisi:               SEKOLAHKU TERCINTA


DI SINI….DI SEKOLAHKU INI

AKU DATANG DAN MENIMBA ILMU

SUNGAI ILMU YANG MENGALIR DAN TERUS MENGALIR

DARI BAPAK IBU GURUKU DI SEKOLAH INI.

 

HARI DEMI HARI BEGITU BERLALU

PAGI HARI YANG CERAH MENJADI KESAKSIANKU

SIANG HARI YANG TERIK MENEMANIKU DALAM PERJALANAN

DATANG DAN PULANG DARI  SEKOLAHKU.

 

OH… GURU-GURUKU YANG TERCINTA

SUSAH DERITA ENGKAU MENGAJARKU

           TERKADANG AKU DIMARAHI…

                      TERKADANG AKU DIBENTAK…

                       NAMUN SEMUANYA ITU DEMI KEBAIKAN KU.

 

           TERIMA KASIHKU GURUKU TERCINTA

           TERIMA KASIH UNTUK PERJUANGANMU

          TERIMA KASIH BAPAK IBU GURU

           KAN KUKENANG SEPANJANG MASA.

 

                                                                        KARYA ANDINI TAOPAN.                  

Kamis, 26 September 2024

Renungan Harian

 

Tanggal 27 September 2024
Tema : Menciptakan Kerukunan Melalui Doa
Firman Tuhan: I Timotius 2:1

Ayat Alkitab: "Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat, dan ucapan syukur untuk semua orang" (1 Timotius 2:1).


Pendahuluan:
 Salah satu cara terbaik untuk menciptakan kerukunan adalah dengan mendoakan sesama. Doa tidak hanya memperkuat hubungan kita dengan Tuhan, tetapi juga memiliki kuasa untuk menyatukan hati yang berbeda. Dalam sejarah manusia, dari zaman dahulu hingga sekarang, doa selalu menjadi jembatan yang menghubungkan perbedaan dan menyatukan komunitas dalam kasih dan kedamaian.

Kerukunan Melalui Doa di Zaman Dahulu: Di zaman dahulu, orang-orang percaya sering mengandalkan doa untuk memohon perlindungan, perdamaian, dan kesatuan di tengah konflik. Doa syafaat yang dinaikkan oleh para nabi dan imam tidak hanya mendekatkan mereka kepada Tuhan, tetapi juga membawa penghiburan dan harapan bagi orang-orang yang sedang mengalami tekanan. Contoh nyata adalah Musa yang berdoa untuk bangsa Israel ketika mereka memberontak. Doanya menyatukan hati umat dan memohon pengampunan dari Tuhan.

Kerukunan di Abad Pertengahan: Di abad pertengahan, gereja memainkan peran penting dalam menciptakan kerukunan melalui doa. Biara-biara menjadi tempat para biarawan dan biarawati berdoa secara teratur bagi perdamaian dunia. Ketika terjadi perang atau perpecahan, banyak orang mencari kekuatan dalam doa untuk meredakan ketegangan. Salah satu contoh adalah doa yang dipanjatkan untuk perdamaian selama Perang Salib, meskipun banyak kekerasan terjadi, doa tetap menjadi elemen yang menyatukan orang-orang dalam pengharapan akan perdamaian.

Kerukunan di Masa Kini: Saat ini, kita hidup di dunia yang penuh dengan perbedaan pandangan, keyakinan, dan budaya. Namun, doa tetap menjadi alat yang kuat untuk menciptakan kerukunan. Doa-doa yang dinaikkan dalam komunitas lintas agama dan doa syafaat bagi orang lain membuka hati kita untuk mengasihi dan menghargai orang-orang dari latar belakang yang berbeda. Contoh nyata bisa kita lihat dalam berbagai acara doa bersama lintas agama, di mana orang-orang dari berbagai keyakinan berdoa untuk perdamaian dan kerukunan.

Kerukunan di Masa Mendatang: Kerukunan melalui doa akan terus menjadi harapan kita untuk masa yang akan datang. Meskipun tantangan keragaman dan perpecahan mungkin akan semakin besar, kita percaya bahwa melalui doa, generasi mendatang akan terus dipersatukan dalam kasih Tuhan. Doa membawa kita pada pengharapan bahwa meskipun dunia berubah, kasih Tuhan tidak berubah, dan kita dipanggil untuk terus mendoakan sesama.

Refleksi: Apakah kita sudah rutin mendoakan orang lain, terutama mereka yang mungkin berbeda pandangan dengan kita? Apakah doa-doa kita mencerminkan kasih yang tidak memihak, seperti yang diajarkan Yesus? Melalui doa, kita tidak hanya mendekatkan diri kepada Tuhan, tetapi juga membangun jembatan kerukunan dengan sesama. Tuhan mengundang kita untuk menjadi agen perdamaian di dunia ini dengan mendoakan orang lain, baik yang kita kenal maupun yang tidak.

Doa: Tuhan yang Maha Kasih, terima kasih atas anugerah doa yang Engkau berikan kepada kami. Ajarkan kami untuk terus mendoakan sesama tanpa memandang perbedaan. Satukan hati kami melalui doa, agar kami dapat hidup dalam kerukunan dan perdamaian dengan semua orang. Kiranya doa-doa kami membawa kasih dan kedamaian kepada dunia, seperti yang Engkau kehendaki. Dalam nama Yesus kami berdoa, Amin.

Rabu, 25 September 2024

Renungan Harian

 

Tanggal : 26 Sepetember 2024
Tema  Renungan : Berjalan dalam Kerendahan Hati
Firman Tuhan : Efesus 4:2

Firman Tuhan: Efesus 4:2    "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu."

Kerendahan hati adalah fondasi bagi hubungan yang penuh damai dan kerukunan. Saat kita menanggalkan ego dan bersikap rendah hati, kita membuka jalan bagi hubungan yang harmonis dengan sesama. Firman Tuhan dalam Efesus 4:2 menasihati kita untuk senantiasa rendah hati, lemah lembut, dan sabar, yang pada akhirnya menciptakan ikatan kasih yang kokoh.

Kerendahan Hati dari Zaman ke Zaman

Sejak dahulu, kerendahan hati telah menjadi kualitas yang menghubungkan umat manusia dengan sesamanya dan dengan Tuhan.

·         Zaman Dulu: Pada masa Alkitab, kita melihat contoh Abraham yang dengan rendah hati memilih untuk mengalah dalam konflik dengan Lot (Kejadian 13:8-9). Sikap ini membawa damai dan menunjukkan bagaimana kerendahan hati membuka jalan bagi kerukunan.

·         Abad Pertengahan: Pada era ini, banyak tokoh gereja, seperti Fransiskus dari Assisi, hidup dalam kerendahan hati, meninggalkan kemewahan duniawi untuk melayani sesama. Kerendahan hati ini menjadi cerminan kasih Allah dan menciptakan hubungan yang harmonis di komunitas.

·         Sekarang: Di dunia modern, kerendahan hati adalah kunci untuk mengatasi perselisihan yang sering terjadi akibat perbedaan pendapat dan budaya. Ketika kita rendah hati, kita dapat mendengarkan orang lain, menghindari konflik, dan menciptakan perdamaian.

·         Yang Akan Datang: Di masa depan, kerendahan hati akan terus menjadi jalan menuju kerukunan di tengah masyarakat yang semakin kompleks. Tanpa kerendahan hati, hubungan kita dengan sesama bisa rusak oleh keangkuhan dan egoisme. Namun, dengan sikap rendah hati, kita akan mampu membangun komunitas yang penuh kasih dan damai.

Refleksi

Terkadang, kita merasa bahwa bersikap rendah hati membuat kita lemah atau rentan. Namun, dalam pandangan Tuhan, kerendahan hati adalah kekuatan. Tuhan memanggil kita untuk meneladani Kristus, yang dalam segala hal menunjukkan kerendahan hati yang sempurna, bahkan sampai mati di kayu salib. Ketika kita memilih kerendahan hati, kita mengizinkan Tuhan bekerja melalui kita untuk membawa kerukunan dan kasih di tengah-tengah komunitas kita.

Contoh Nyata

Bayangkan sebuah komunitas di mana setiap orang saling mendahulukan kepentingan yang lain. Misalnya, dalam sebuah keluarga atau gereja, jika setiap anggotanya bersikap rendah hati, bersedia mengalah, dan mengutamakan kasih, maka hubungan yang terjalin akan penuh dengan kedamaian dan sukacita. Sebaliknya, jika ego dan keangkuhan yang menguasai, maka konflik akan terus terjadi.

Doa

Tuhan, ajarlah kami untuk berjalan dalam kerendahan hati, seperti yang telah Engkau ajarkan melalui Yesus Kristus. Berikan kami kekuatan untuk menanggalkan ego kami dan mengutamakan kasih dalam setiap hubungan. Kami rindu hidup dalam kerukunan dengan sesama, seperti yang Engkau kehendaki. Amin.

 

Selasa, 24 September 2024

Renungan Harian

 

Tanggal 25 Sepetember 2024.
Tema :Kesatuan di dalam Tubuh Kristus
Firman Tuhan : 1 Korintus 12:12

 Ayat renungan I Korintus 12:12

“Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus.”


Tubuh Kristus adalah simbol dari gereja yang terdiri dari berbagai anggota dengan fungsi yang berbeda. Namun, meski ada keberagaman, kesatuan di dalam Kristus adalah kunci bagi terwujudnya kerukunan sejati di antara umat beriman. Kesatuan ini bukan hanya berlaku pada zaman dulu, tetapi sepanjang sejarah gereja hingga masa kini dan masa yang akan datang.

Kesatuan di Berbagai Zaman

1. Zaman Dulu (Gereja Perdana) Pada zaman rasul-rasul, meski ada latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda, gereja berjuang untuk menjaga kesatuan dalam menghadapi tantangan penganiayaan dan perpecahan. Sebagai contoh, Rasul Paulus menegur perpecahan di antara jemaat Korintus dan menekankan pentingnya satu tubuh dalam Kristus.

2. Abad Pertengahan Meski menghadapi masa-masa sulit, seperti skisma besar dalam gereja, Tuhan tetap menjaga inti dari tubuh Kristus. Para biarawan, penginjil, dan tokoh gereja di zaman ini tetap bekerja sama dalam doa, karya, dan iman. Para biarawan seperti Fransiskus dari Assisi membawa semangat kesatuan melalui pelayanan kasih kepada sesama.

3. Zaman Sekarang Di dunia modern yang kompleks, gereja juga dihadapkan pada perbedaan-perbedaan dalam budaya, politik, dan teologi. Namun, ketika setiap anggota tubuh Kristus bersatu dalam tujuan yang sama, yaitu menyebarkan kasih dan Injil, gereja menjadi terang di tengah masyarakat yang terpecah. Kita melihat kesatuan dalam aksi kemanusiaan bersama, seperti saat gereja-gereja dari berbagai denominasi berkumpul untuk menolong korban bencana alam.

4. Zaman yang Akan Datang Kesatuan tubuh Kristus di masa mendatang akan terus diuji, tetapi juga akan menjadi tanda bagi dunia akan karya Kristus. Dalam Wahyu, kita diberikan gambaran bahwa segala bangsa, suku, dan bahasa akan datang bersama-sama menyembah Anak Domba Allah. Ini menunjukkan bahwa kesatuan adalah tujuan akhir dari rencana Tuhan bagi umat-Nya.

Ilustrasi

 Bayangkan sebuah tubuh manusia. Setiap bagian tubuh memiliki perannya sendiri—tangan untuk bekerja, kaki untuk berjalan, mata untuk melihat. Jika satu bagian tubuh merasa tidak penting, tubuh tidak akan bekerja dengan baik. Begitu juga dengan gereja. Jika satu anggota merasa tidak diperlukan atau penting, maka tubuh Kristus akan kehilangan fungsinya.

Sebagai contoh nyata, lihatlah sekelompok pemain orkestra. Orkestra adalah kelompok musisi yang memainkan alat musik bersama. Masing-masing memainkan alat musik yang berbeda, tapi mereka mengikuti satu konduktor. Jika ada satu yang tidak mengikuti, maka suara yang harmonis akan rusak. Begitu pula di dalam gereja, kita harus berfungsi dalam kesatuan, mengikuti arahan Kristus sebagai kepala gereja.

 Refleksi

 Bagaimana kita bisa menjaga kesatuan di dalam tubuh Kristus dalam kehidupan sehari-hari? Apakah kita saling mendukung, menghargai perbedaan, dan berfokus pada tujuan bersama sebagai umat Allah? Ketika kita memahami bahwa kita semua adalah bagian dari tubuh yang satu, kita dipanggil untuk membangun, bukan menghancurkan, melalui kata-kata dan tindakan kita.

Mungkin kita perlu merenungkan apakah kita telah menjadi anggota tubuh yang berfungsi dengan baik atau justru menjadi penyebab disfungsi? Apakah kita telah memberikan dukungan kepada saudara-saudara kita di dalam Kristus atau justru menjadi penghalang dalam pelayanan?

Doa

Bapa Surgawi, kami bersyukur karena Engkau telah mempersatukan kami dalam tubuh Kristus. Meskipun kami memiliki latar belakang, bakat, dan panggilan yang berbeda, kami tetap satu di dalam-Mu. Ajarlah kami untuk saling mendukung dan menghargai setiap anggota tubuh Kristus. Biarlah kami menjadi terang bagi dunia, memancarkan kasih dan kesatuan yang mencerminkan kasih-Mu. Tuntun kami agar di setiap zaman, umat-Mu terus hidup dalam harmoni dan kerukunan, hingga kedatangan Yesus kembali. Amin.

 

 


Menghadapi Tantangan Hari Ini

Renungan pagi tanggal 19 Sepetember 2024. Tema: Menghadapi Hari Ini dengan Iman dan Pengharapan Firman Tuhan : Mazmur 118:24. Fir...