Ibuku adalah seorang wanita yang sangat tangguh dan ulet dalam membesarkan dan mendidikku. Ibuku bernama Nelci Nomleni.Ayahku bernama Nehemia Bana. Kedua-keduanya selalu hidup dalam kasih. Ibuku sangat menghormati dan menghargai ayahku. Sebaliknya ayahku mencintai dan mengasih ibuku.
Saat kecil Ibuku tidak pernah
memeperkenalkan nama ayah kepada kami. Ibuku tidak pernah menyebut nama ayah.
Ibu memanggil nama ayah dengan sebutan: “
ayah atau bapak”. Keluarga juga menyebut ayahku dengan nama anak pertama. Anak
pertama nama Min jadi panggil ayah Min amaf.
Nama ayahku baru diketahui olehku ketika
ayah menulis namanya pada raport SD kelas satu.
Ibuku melahirkan sembilan orang anak dan saya
adalah anak keempat.
Saya ingin menulis kenangan
indah dengan ibuku agar jangan hilang ditelan zaman. Kenangan-kenangan ini
kuabadikan dalam hatiku.Tertulis agar anak cucuku dapat membacanya dan
meneruskannya turun temurun. Anak-anak perlu tahu ceritera ini sehingga
menghormati orang tua selagi ada. Ketika orang tua sudah tidak ada, kenangan indah
bersamanya jangan dilupakan begitu
saja.. Selain dari itu anak-anaknya perlu belajar dari orangtua yang tidak
pernah menuntut balas. Kasih sayang ibu
tidak dapat diukur dan dihitung. Segala pengorbanannya tidak dapat
dibalas. Ia hanya memberikan kepada
kita. Ia tidak mengharapakan untuk kita menggantikan kembali. Asal kita
berhasil,ia sudah tersenyum. Sudahkah kita membuat ibu tersenyum?
1.
Masa
aku Lahir.
Ayah selalu menceritakan
kisah saat ibu mengandungku. Ibuku sangat menderita saat hendak melahirkan.
Rasa sakit dan perjuangan yang hebat yang terjadi di dalam dirinya.. Menurut ceritera
ayahku,ibu menderita sakit selama satu minggu baru melahirkanku. Bahkan ayahku
pergi dan memohon bantuan doa dari Om dan Tanta. Mengapa ayah tidak membawa
saya ke rumah sakit ? Ayah tidak membawa ke rumah sakit karena ibu
takut operasi. Pada Zaman itu belum ada dokter,yang ada hanya pak Mantri
dan rumah sakit Susteran. Aku mengenal
baik sorang suster yaitu Suster Finealda. Ibuku selalu membawaku ke rumah sakit
Susteran yang dapat dijangkau dengan berjalan kaki.
Aku merenung ,tidak ada seorang wanita sehebat
ibu yang telah melahirkanku, Pengorbananya tiada taranya. Sebuah pengorbanan
dan perjuangan yang sangat hebat mempertaruhkan diri antara mati dan hidup. Ibuku
laksana seorang prajurit yang siap melawan maut saat melahirkanku. Ketika
terdengar suara tangisan pertamaku itu berari ibuku menang dalam pertempuran..
Semua keluarga yang hadir disekelilimgku menyambut dengan gembira.
Ungkapan syukur dan doa dinaikan. Ayahku bertelut dan berdoa karena ibu selamat dalam melahirkanku. Ayahku sangat bersukacita memliki seorang isteri yang sangat setia mendampinginya sampai hari ini.
.2. Masa Kecilku
Sebenarnya
kedua orangtuaku menginginkan seorang anak laki-laki. Mereka bergumul da[am doa
dan pengharapan . Walaupun keinginan
mereka tidak tercapai namun kedua orang tua dan keluargaku menjaga aku dengan
penuh kasih sayang. Mengapa mereka menjagaku dengan penuh kasih sayang dan
waspada? Hal itu disebabkan dua orang yang mendahuluiku meninggal pada masa
kecil. Masa kecilku penuh dengan riang dan gembira. Bila aku sakit semuanya
sangat waspada dan semua berdoa dan mengharapkan keselamatan dari Tuhan.
Kedua
orang tuaku memohon kepada semua keluarga agar mengajarku berbicara bahasa
Indonesia. Keluargaku tiap hari berbicara menggunakan bahasa daerah. Kakak-kakakku melatihku berbicara dengan
lancar. Aku selalu menemani kakak-kakakku bila bepergian. Setiap hari pulang
sekolah kakak dan ayahku bergantian mengajarku. Walaupun ayah sudah capai dalam
seharian bekerja namun setiap malam tidak pernah lalai mengajarku .Ayah
mengajarku sampai bisa membaca. Jika ayah pergi berdagang,kakak yang
mengajarku. Ayah biasanya menjadi pedagang, yang berjalan dari kampung ke
kampung.Ayah menjual selimut dan sarung. Selimut dan sarung itu bisasa ditenun
oleh ibuku.
Bila
kuingat masa kecilku sangat menggembirakan aku selalu menyanyi lagu ini:
Bila
kuingat lelah
Ayah Bunda
Bunda
piara piara akan daku
Sehingga
aku besarlah
Waktuku
kecil hidupku
Amatlah
senang
Senang
dipangku dipangku dipeluknya
Serta
dicium dicium dimanjakan
Namanya
kesayangan.
Sumber:
https://m.kapanlagi.com>lirik>artis
Menyanyikan lagu ini
membangkitkan semangat dan kegirangan bagiku. Lagu ini ,mengingatkan kembali
masa kecilku yang selalu dibesarkan dalam kasih sayang dan penuh bahagia.
2.
Masa
Sekolah di SD
Masa-masa sekolah adalah masa
yang sangat menyenangkan. Menjadi seorang ibu bukan pekerjaan yang mudah. Ibuku
ingin agar aku menjadi anak yang pandai. Ibu selalu mengijinkan aku pergi ke
sekolah bersama kakak- kakakku. Setiap hari kami tidak pernah alpa karena di
sekolah sangat menyenangkan. Jam Isterhat kami selalu bermain bersama dan
sangat menggembirakan.
Akhirnya saya berumur tujuh tahun
saya di daftarkan di kelas I. Dan saya menempuh masa pendidikan di SD 6 tahun.
Sungguh bahagia, memiliki ibu yang
sangat bijaksana dapat mempersiapkan masa sekolahku dengan matang akhirnya aku
bisa dapat meraih prestasi yang baik di sekolah.
3.
Kenanganku
bersama Ibuku setiap hari.
Ibuku selalu menenun untuk
menambah penghasilan keluarga. Hasi l
tenun itu dipakai untuk membiayai studiku. Kakakku yang kedua selalu menggantikan posisis ibuku di dapur. Ia
ditugaskan ibu menyiapkan makanan untuk kami sekeluarga.
Jika ada waktu senggang ibuku
selalu menjahit. Saya selalu bertanya pada ibuku apakah nenek suka menjahit,
Beliau selalu tidak menjawab karena fokus dengan menggunting potongan-potongan kain
yang hendak dijadikan baju. Dengan teliti dan lincah ibuku menggunting. Aku
memperhatikan itu dengan cermat. Terkadang aku ingin mencoba menggunting .
Ibuku berulang-ulang mencegahnya.
Katanya aku masih kecil. Tiap hari dilakukan oleh ibuku akhirnya sudah menjadi
kebiasaan. Dan aku selalu membantu ibuku untuk memasukan benang di dalam jarum.
Ibu meminta bantuanku ketika hendak
menjahit. Aku melatih untuk
menyambungkan potongan-potongan kain yang sudah tidak terpakai. Hari ke hari,
makin lama makin besar, aku juga berusaha untuk meniru ibuku menjahit. Hal itu
dilakukan terus - menerus namun selalu gagal. Aku tidak sehebat ibuku yang
dengan cermat menjahit baju-bajuku. Apalagi saat aku mau ikut lomba paduan
suara atau menari di sekolah. Disekolah setiap triwulan selalu ada program
menari.
Kenanagan
indah bersama ibuku menjahit, membuatku sekarang juga berjuang dan berusaha untuk menjahit sendiri
baju-bajuku. Sebenarnya aku bukan tukang jahit. Aku ingin memakai baju buatan
tanganku sendiri,
Ibuku
juga rajin membuat kue untuk aku dan
adik - adikku menjualnya setiap sore. Jika setaip sore kue-kue tidak habis
terjual kami membawa pulang. Ibuku
membaginya secara merata kepada kami semua di dalam rumah. Bila hanya sedikit
jumlahnya maka ibuku akan membuat kue lagi sehingga dibagi secara adil kepada
kami semua.
Ibulu
memiliki sejumlah ilmu, hampir semua ilmu di kuasainya. Ibuku tidak pernah sekolah. Ibulu ternyata
memiliki hikmat yang di karuiakan Tuhan. Ia diberi kemapuan oleh Tuhan untuk
melakukan segala pekerjaannya dengan baik. Dalam ilmu kesehatan. Bila aku sakit, ibuku
merawatku dengan baik. Ibuku seperti seorang bidan atau dokter. Ibuku
menggunakan tangannya untuk mendeteksi suhu panas yang ada dalam tubuhku.
Tangan ibu seperti alat pengukur suhu.
Ibuku mampu untuk mendeteksi apakah kami sakit malaria atau panas dalam. Jika
ibu mengetahui bahwa saya menderita malaria, maka ibuku akan berusaha untuk
mencari obat malaria. Ibuku mulai memetik 3 helai daun papaya dan menumbuk daun papaya ini sampai halus. Ibuku
menambahkan segelas air di dalamnya. Diaduknya air daun papaya itu dan disaring. Setelah ibu
menyaringnya,ibuku berdoa. Sehabis berdoa ibuku memberi minum pada saya. Betapa
pahitnya daun papaya itu. Ibu mengambil sebagian dan mengolesnya pada tubuhku.
Beberapa jam kemudian ibuku menggunakan tangannya dan mendeteksi tubuh kami.
Setelah meminum jus papaya yang diberikan, tubuh yang tadinya panas tinggi mulai hangat dan akhirnya sembuh. Bila
perutku sakit atau mengalami diare. Ibuku akan memetik segenggam pucuk daun jambu dan segenggam pucuk daun delima di masak dengan
air tiga gelas sampai mendidih dan tinggal satu gelas diberi minum padaku
hingga sembuh.Dan masih banyak lagi ramuan-ramuan yang dilakukan ibu bila aku
sakit.
Dalam
ilmu kesehatan ibu sangat hebat dalam menjaga kesehatan kami. Tangannya
bagaikan tangan dokter yang selalu memeriksa
segala penyakitku. Kami 9 bersaudara tidak pernah dibawa ke dokter
semasa kecil. Ibuku selalu menjaga kesehatan kami. Setiap tengah malam ibuku
selalu bertelut,berdoa dan menyebut nama kami satu demi satu. Ibuku tidak
pernah alpa setiap malam. Hal itu selalu terdengar di telingaku saat ibuku
berdoa. Hal itu merupakan harta rohani yang diwariskan kepadaku. Saya terkadang
menyadari, saya tidak sama seperti
ibuku.Aku terkadang lalai dalam berdoa.
Masih banyak lagi kenangan yang indah yang hendak kulukiskan tentang ibuku yang hebat. Ibuku sampai saat ini masih ada dan setia mendampingi ayah dan hidup bersama Sembilan ( 9) orang anak. Delapan ( 8 ) orang anak sudah menikah semua. Ada 16 cucu, 7 orang cece.
Cucu dan Cece yang hadir dalam sebuah acara keluarga..
Bersama
ayah,ibu dan saudara-saudara di masa pandemic.Kami hanya bisa bertemu di layar kamera. Senyum
salam dan sapa dari jauh. Pertemuan dalam layar selalu mengingatkan kembali
semasa kecil saat tinggal bersama di rumah ayah dan ibu. Ayah dan ibuku selalu
mendoakan kami agar tetap bahagia. Doaku untuk Ayah dan Ibuku agar tetap sehat
selalu.
Ibuku memang
wanita terhebat bagiku.
Tiada yang
sebanding dengan dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar